Era globalisasi telah membuat segala aktivitas menjadi lebih mudah dan cepat. Namun, dengan semua kemudahan ini, muncul pertanyaan: apakah kita yang menciptakan teknologi, atau justru teknologi yang membentuk kita?
Bayangkan saja, di tahun 1960-an, mengirim surat masih dilakukan secara manual dan membutuhkan waktu serta biaya yang tidak sedikit. Mencari informasi pun harus menunggu kabar dari koran, majalah, radio, atau televisi. Sekarang, hanya dengan sebuah ponsel, kita bisa mendapatkan informasi dalam hitungan detik dan berkomunikasi secara real-time dengan siapa pun di belahan dunia mana saja.
Seharusnya, kemudahan ini menjadikan kita lebih baik dari generasi sebelumnya. Peluang terbuka lebar bagi siapa saja, kapan pun mereka menginginkannya. Namun, di sisi lain, zaman sekarang bagaikan lautan informasi yang dahsyat. Jika tidak siap beradaptasi, kita bisa saja hanyut dalam arus informasi yang justru membuat kita kehilangan arah.
Lalu, apa yang seharusnya kita lakukan dan persiapkan? Bagaimana kita bisa bertahan tanpa harus menolak kemajuan zaman? Salah satu jawabannya adalah menjadikan agama sebagai pedoman.
Di bulan suci Ramadan ini, kita belajar tentang makna puasa. Menurut para ulama, puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga mengendalikan diri dari hal-hal yang berlebihan. Bukan berarti harus kekurangan, tetapi keseimbangan menjadi kunci utama.
Di era digital yang serba cepat ini, keseimbangan sangat diperlukan. Jika tidak, kita bisa mengalami "overdosis" informasi. Dampak positif dan negatif dari kemajuan teknologi terus dikaji oleh para ahli. Saya sendiri pernah tenggelam dalam arus teknologi, yang pada akhirnya membawa saya ke dunia yang dulu terasa asing.
Banyak perubahan yang tidak tampak, tetapi saya rasakan. Saya sempat lupa bahwa sebagai manusia, saya adalah makhluk sosial. Saya sempat menganggap dunia digital sebagai segalanya, tanpa menyadari bahwa ada kehidupan nyata yang lebih bermakna.
Betapa naifnya saya saat itu. Kini, saya berharap generasi selanjutnya bisa lebih bijak dalam menghadapi era digital. Tetaplah mempersiapkan diri agar tetap bertahan dan tidak terjebak dalam genggaman teknologi.
Marhaban ya Ramadan...
Riky Ermawan

Komentar
Posting Komentar